TEMBAGAPURA (LINTAS PAPUA) - Anjing Bernyanyi atau New Guinea Singing Dog dianggap sebagai "Tuan Tanah" oleh masyarakat di sekitar Pengunungan Jayawijaya.
Sejak tahun 2018, kami bekerja sama dengan Universitas Cendrawasih melakukan penelitian tentang Anjing Bernyanyi.
Penelitian yang dilakukan meliputi studi ekologis dan biologis terhadap Anjing Bernyayi.
Tujuannya, yakni tak hanya untuk memastikan asal usulnya, melainkan juga melakukan penelitian lebih lanjut tentang kesehatan, reproduksi, rantai makanan, perilaku, dan hal lain yang dapat dijadikan landasan ilmiah untuk menentukan status proteksi dan konservasi Anjing Bernyanyi.
Penasaran bagaimana asal usulnya dan upaya konservasi yang kami lakukan? Tonton selengkapnya di YouTube Freeport Indonesia atau klik bit.ly/KisahSiTuanTanah!
Sebagaimana diberitakan sebelumnya di media online lintaspapua.com dengan judul PT. Freeport Indonesia Dukung Penelitian UNCEN untuk Lindungi Anjing Bernyanyi di Pegunungan Papua
Universitas Cenderawasih (UNCEN) bekerja sama dengan PT Freeport Indonesia (PTFI) dan New Guinea Highland Wild Dog Foundation (NGHWDF) telah merampungkan penelitian fase kedua terhadap New Guinea Singing Dog (NGSD) atau yang dikenal masyarakat setempat sebagai anjing bernyanyi, di dataran tinggi Papua pada 2018 lalu, sejak penelitian pertama yang dilakukan oleh Universitas Negeri Papua (UNIPA) bersama NGHWDF pada tahun 2016.
Penelitian fase kedua dilakukan selama 1 bulan tepatnya pada Agustus 2018 di Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua. Pada 1 September 2020 lalu, hasil penelitian ini sudah dipublikasikan di jurnal internasional Amerika Serikat, yaitu Proceeding of the National Academy of Sciences (PNAS).
Penelitian fase kedua dilakukan untuk menganalisis hubungan genetik antara anjing bernyanyi dengan anjing liar lain yang hidup di dataran tinggi Papua (highland wild dog). Selama 2 pekan memantau dengan perangkap berkamera (camera trap), tim peneliti berhasil merekam 18 ekor anjing bernyanyi. Penelitian juga dilakukan dengan mengumpulkan sampel darah, kulit, dan rambut anjing untuk menganalisis ciri fisik, demografi, dan perilaku dari hewan tersebut. Hasil penelitian menemukan bahwa anjing bernyanyi memiliki sejumlah kemiripan dengan anjing liar pegunungan Papua serta dengan dingo yang berhabitat di Australia.
Anjing bernyanyi dapat dikenali dengan rambut yang lebih tebal dan ukuran badan relatif lebih kecil dibandingkan anjing liar lainnya, yakni tinggi sekitar 45 cm untuk anjing jantan dan 37 cm untuk anjing betina, dengan panjang tubuh sekitar 65 cm untuk jantan dan 55 cm untuk betina.
Hewan ini hidup dalam kawanan kecil, dengan jumlah sekitar 2 hingga 3 ekor dalam satu kelompok. Hal lain yang juga membedakan anjing ini dengan anjing lainnya adalah caranya berkomunikasi yaitu bukan dengan menggonggong melainkan hanya melolong.
Lolongan unik yang menyentuh melodi rendah hingga tinggi inilah yang membuat masyarakat setempat menyebut hewan ini dengan nama anjing bernyanyi. Meski demikian, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memastikan banyak hal, termasuk untuk mempertimbangkan secara ilmiah status perlindungannya, mengingat hewan ini perlu dijaga kelestariannya dan belum masuk ke dalam daftar hewan yang dilindungi.***
Penelitian fase kedua dilakukan selama 1 bulan tepatnya pada Agustus 2018 di Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua. Pada 1 September 2020 lalu, hasil penelitian ini sudah dipublikasikan di jurnal internasional Amerika Serikat, yaitu Proceeding of the National Academy of Sciences (PNAS).
Penelitian fase kedua dilakukan untuk menganalisis hubungan genetik antara anjing bernyanyi dengan anjing liar lain yang hidup di dataran tinggi Papua (highland wild dog). Selama 2 pekan memantau dengan perangkap berkamera (camera trap), tim peneliti berhasil merekam 18 ekor anjing bernyanyi. Penelitian juga dilakukan dengan mengumpulkan sampel darah, kulit, dan rambut anjing untuk menganalisis ciri fisik, demografi, dan perilaku dari hewan tersebut. Hasil penelitian menemukan bahwa anjing bernyanyi memiliki sejumlah kemiripan dengan anjing liar pegunungan Papua serta dengan dingo yang berhabitat di Australia.
Anjing bernyanyi dapat dikenali dengan rambut yang lebih tebal dan ukuran badan relatif lebih kecil dibandingkan anjing liar lainnya, yakni tinggi sekitar 45 cm untuk anjing jantan dan 37 cm untuk anjing betina, dengan panjang tubuh sekitar 65 cm untuk jantan dan 55 cm untuk betina.
Hewan ini hidup dalam kawanan kecil, dengan jumlah sekitar 2 hingga 3 ekor dalam satu kelompok. Hal lain yang juga membedakan anjing ini dengan anjing lainnya adalah caranya berkomunikasi yaitu bukan dengan menggonggong melainkan hanya melolong.
Lolongan unik yang menyentuh melodi rendah hingga tinggi inilah yang membuat masyarakat setempat menyebut hewan ini dengan nama anjing bernyanyi. Meski demikian, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memastikan banyak hal, termasuk untuk mempertimbangkan secara ilmiah status perlindungannya, mengingat hewan ini perlu dijaga kelestariannya dan belum masuk ke dalam daftar hewan yang dilindungi.***
Artikel Terkait
Berjaga - Jagalah, Sebab Kedatangan Yesus Kedua Kali Seperti Pencuri
Damai Sejahtera Allah, yang Melampaui Segala Akal, Akan Memelihara Hati dan Pikiranmu Dalam Kristus Yesus
Tikhikus Adalah Orang Kepercayaan Rasul Paulus, Inilah Kisah Dirinya Setia Melayani Tuhan Yesus
Goa Kontilola di Wamena, Dimaknai Sebagai Tempat Kelahiran Yesus
Filipi 4:19 Allahku Akan Memenuhi Segala Keperluanmu Menurut Kekayaan dan Kemuliaan-Nya Dalam Kristus Yesus
Selamat Merayakan Kematian TUHAN YESUS KRISTUS.
Kematian Yesus di Kayu Salib
Bacaan Firman Tuhan Pagi ini, 16 April 2023, Tuhan Yesus Memberkati Kita Semua
Lima Tanda - Tanda ini Menyertai Orang Percaya dan Bila Kita Tetap Bersama Yesus
Sumber Damai Sejahtera, Tuhan Yesus Selamatkan Hidup Umat Manusia
PT Freeport Indonesia Bersama AMINEF Lanjutkan Program Beasiswa Bagi Pelajar Papua Belajar di Amerika
Papua Football Academy yang Disponsori PT Freeport Indonesia Kembali Mencari 30 Anak Berbakat Sepak Bola
PT. Freeport Indonesia Terima Anugerah Investasi Pionir 2023 dari BKPM
Pimpinan dan Karyawan PT Freeport Indonesia Ucapkan Turut Berdukacita Atas Meninggalnya Bapak Thom Beanal
Gubernur Papua Tengah Apresiasi Dukungan PT Freeport Indonesia di Hari Lingkungan Hidup Sedunia
PT Freeport Indonesia bersama Pemprov Papua Tengah Berkomitmen Lawan Sampah Plastik
KLHK, BRGM, dan PT. Freeport Indonesia Rehabilitasi 2.000 Hektar Lahan Mangrove di Kalimantan Timur
Luar Biasa, PT Freeport Indonesia bersama Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Papua Lakukan Hal Ini
Presiden Jokowi Tekankan Smelter PT Freeport Indonesia Sebagai Pijakan Fondasi Menuju Negara Maju
Apresiasi Pabrik Foil Tembaga, Presiden Jokowi Akui Bisa Serap dan Olah Material PT. Freeport Indonesia