• Jumat, 22 September 2023

Melihat Dari Dekat Anjing Bernyanyi atau New Guinea Singing Dog di Pegunungan Jayawijaya

- Sabtu, 8 Juli 2023 | 13:20 WIB
Anjing Bernyanyi di Freeport di Tembagapura
Anjing Bernyanyi di Freeport di Tembagapura
TEMBAGAPURA (LINTAS PAPUA)  - Anjing Bernyanyi atau New Guinea Singing Dog dianggap sebagai "Tuan Tanah" oleh masyarakat di sekitar Pengunungan Jayawijaya.
 
Sejak tahun 2018, kami bekerja sama dengan Universitas Cendrawasih melakukan penelitian tentang Anjing Bernyanyi.
Penelitian yang dilakukan meliputi studi ekologis dan biologis terhadap Anjing Bernyayi.
 
Tujuannya, yakni tak hanya untuk memastikan asal usulnya, melainkan juga melakukan penelitian lebih lanjut tentang kesehatan, reproduksi, rantai makanan, perilaku, dan hal lain yang dapat dijadikan landasan ilmiah untuk menentukan status proteksi dan konservasi Anjing Bernyanyi.
 
Penasaran bagaimana asal usulnya dan upaya konservasi yang kami lakukan? Tonton selengkapnya di YouTube Freeport Indonesia atau klik bit.ly/KisahSiTuanTanah!
 
 
Sebagaimana diberitakan sebelumnya di media online lintaspapua.com dengan judul  PT. Freeport Indonesia Dukung Penelitian UNCEN untuk Lindungi Anjing Bernyanyi di Pegunungan Papua
 
Universitas Cenderawasih (UNCEN) bekerja sama dengan PT Freeport Indonesia (PTFI) dan New Guinea Highland Wild Dog Foundation (NGHWDF) telah merampungkan penelitian fase kedua terhadap New Guinea Singing Dog (NGSD) atau yang dikenal masyarakat setempat sebagai anjing bernyanyi, di dataran tinggi Papua pada 2018 lalu, sejak penelitian pertama yang dilakukan oleh Universitas Negeri Papua (UNIPA) bersama NGHWDF pada tahun 2016.

Penelitian fase kedua dilakukan selama 1 bulan tepatnya pada Agustus 2018 di Distrik Tembagapura, Kabupaten Mimika, Papua. Pada 1 September 2020 lalu, hasil penelitian ini sudah dipublikasikan di jurnal internasional Amerika Serikat, yaitu Proceeding of the National Academy of Sciences (PNAS).

 

Penelitian fase kedua dilakukan untuk menganalisis hubungan genetik antara anjing bernyanyi dengan anjing liar lain yang hidup di dataran tinggi Papua (highland wild dog). Selama 2 pekan memantau dengan perangkap berkamera (camera trap), tim peneliti berhasil merekam 18 ekor anjing bernyanyi. Penelitian juga dilakukan dengan mengumpulkan sampel darah, kulit, dan rambut anjing untuk menganalisis ciri fisik, demografi, dan perilaku dari hewan tersebut. Hasil penelitian menemukan bahwa anjing bernyanyi memiliki sejumlah kemiripan dengan anjing liar pegunungan Papua serta dengan dingo yang berhabitat di Australia.

 

Anjing bernyanyi dapat dikenali dengan rambut yang lebih tebal dan ukuran badan relatif lebih kecil dibandingkan anjing liar lainnya, yakni tinggi sekitar 45 cm untuk anjing jantan dan 37 cm untuk anjing betina, dengan panjang tubuh sekitar 65 cm untuk jantan dan 55 cm untuk betina.

Hewan ini hidup dalam kawanan kecil, dengan jumlah sekitar 2 hingga 3 ekor dalam satu kelompok. Hal lain yang juga membedakan anjing ini dengan anjing lainnya adalah caranya berkomunikasi yaitu bukan dengan menggonggong melainkan hanya melolong.

Lolongan unik yang menyentuh melodi rendah hingga tinggi inilah yang membuat masyarakat setempat menyebut hewan ini dengan nama anjing bernyanyi. Meski demikian, penelitian lebih lanjut masih diperlukan untuk memastikan banyak hal, termasuk untuk mempertimbangkan secara ilmiah status perlindungannya, mengingat hewan ini perlu dijaga kelestariannya dan belum masuk ke dalam daftar hewan yang dilindungi.***

Editor: Eveerth Joumilena

Tags

Artikel Terkait

Terkini

X