JAKARTA (LINTAS PAPUA) - Semangat Pagi Indonesia. Happy Tuesdaaayy ☺️????_
Berantas hoaks dengan #BacaSampaiTuntas
Saksikan Bedah EDITORIAL MEDIA INDONESIA bersama ELMAN SARAGIH, hari ini pukul 07.05 WIB hanya di METRO TV
Kartu Merah bagi Pendompleng
EUFORIA transformasi sepak bola nasional mencuat seusai gelaran Kongres Luar Biasa (KLB) Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI). Hasil KLB seakan menjadi oase di tengah keringnya prestasi dan karut-marutnya persepakbolaan Indonesia berpuluh tahun terakhir.
Pasalnya, tidak hanya satu menteri. Selain Erick Thohir yang duduk di pucuk pimpinan PSSI, Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali bertengger sebagai wakil ketua umum. *Pertama dalam sejarah federasi, dua menteri duduk dalam kepengurusan. *
Erick terpilih dengan kemenangan mutlak melawan Ketua Dewan Perwakilan Daerah La Nyalla Mattalitti, sedangkan jejak keterpilihan Amali bisa dibilang tidak wajar. Sempat terpilih, kemudian batal karena pemilihan harus diulang. Lalu, di pemilihan kedua, Amali tidak terpilih, tetapi ketiban durian runtuh karena Wakil Ketua Umum terpilih Yunus Nusi mundur.
Namun, ternyata Amali yang mencoba membuktikan totalitasnya untuk pembenahan sepak bola nasional. Dirinya langsung menghadap Presiden Joko Widodo dan meminta untuk mundur dari jabatan menteri demi fokus pada PSSI.
Bagaimana dengan Erick? Tidak ada tanda-tanda untuk mendedikasikan 100% pengabdiannya bagi sepak bola Tanah Air.
Rupanya dari kacamata Erick, mengurus Kementerian BUMN seakan lebih gampang jika dibandingkan dengan Kemenpora sehingga tidak perlu mundur untuk urus PSSI. Padahal, mestinya Erick yang lebih perlu berkonsentrasi.
Janji dan program Erick yang ditunggu pencinta sepak bola nasional, bukan janji Amali.
Untuk mewujudkannya, dibutuhkan totalitas Erick karena BUMN dan PSSI tentu sama-sama menuntut 100% dedikasi Erick. Apalagi urusan persepakbolaan bangsa ini sudah terlalu lama terpuruk. Tidak pernah ada prestasi mentereng yang dicatatkan tim nasional sepak bola dalam tiga dekade terakhir.
Jangankan menjulang di kancah dunia, level Asia Tenggara saja sepak bola Indonesia memble. Sepak bola nasional lebih banyak diwarnai persoalan akibat tidak pernah tuntas dibenahi. Kartel mafia bola yang seenaknya mengatur pertandingan, juga isu pemain titipan di timnas, telah lama menjadi kanker yang menggerogoti persepakbolaan nasional.
Belum lagi keonaran dan kekerasan antarsuporter klub yang tak kunjung hilang dari iklim sepak bola. Terakhir, 135 Aremania meninggal karena ketidakbecusan pengelolaan pertandingan yang hingga saat ini masih menyisakan luka mendalam tanpa pembenahan struktural yang signifikan.
Sepak bola berbeda dengan olahraga lain. Sekering apa pun prestasi timnas Indonesia, daya tariknya tidak pernah luntur.
Artikel Terkait
Dilantik, Mathius Awoitauw Resmi Pimpin Askab PSSI Kabupaten Jayapura Periode 2022-2026
Ricardo Salampessy, Thomas Madjar dan Touskha Iba Resmi Miliki Lisensi A AFC Diploma PSSI
Persipura Jayapura Dukung Achsanul Qosasi Sebagai Ketua Umum PSSI
Manajer Persipura Jayapura, Yan Mandenas Pasttikan Israel Wamiau Bergabung Bersama Skuad Mutiara Hitam
Home Base Persipura Lolos Verifikasi
Tim Persipura Jayapura Minta Kepastian Nasib Liga 2
Unggah Foto Bersama Aa Gym, Netizen Malah Minta Erick Thohir Jadi Ketum PSSI
Liga 2 Dihentikan, Persipura Protes Keras Keputusan PSSI
Persipura Layangkan Surat Somasi ke PSSI, Tembusan AFC dan FIFA
Klub Peserta Liga 2 Diundang PT LIB, Manajer Persipura Berikan Apresiasi kepada Presiden Jokowi
Duo Pemain Persipura ini, Dipinjamkan ke Klub Liga 1
Inilah Permintaan Persipura Beserta Perwakilan 15 Klub Liga 2 kepada Menpora RI
Persipura dan Ricky Nelson Sepakat Akhiri Kerja Sama
Persipura dan Ricky Nelson Sepakat Akhiri Kerja Sama
Rocky Bebena dan Parson Horota Wakili Asprov PSSI Papua Di KLB PSSI
Erick Thohir Resmi Terpilih Sebagai Ketum PSSI Periode 2023-2027
Bertemu Kapolri, Ketua Umum PSSI Siap Babat Habis Mafia Bola
Presiden RI Joko Widodo, Terima Pengurus PSSI yang Baru di Istana