SENTANI (LINTAS PAPUA ) - Pedagang souvenir di Dermaga dekat Jembatan Kuning (Jeku), Kampung Ifar Besar, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, panen rezeki dari peserta sarasehan yang akan naik speedboat ke Kampung Hobong menuju tempat sarasehan karena sebelum ke speedboat, kebanyakan dari mereka membeli souvenir seperti tas Noken, topi Sula, anting-anting, gelang-gelang dan tusuk konde.
"Kalau hari-hari biasa memang selalu ada yang laku, baik tas Noken, topi Sula maupun gelang. Jika dibanding dengan hari-hari biasa itu memang beda lagi. Karena kalau sekarang banyak pembeli, yang sangat berbeda dengan hari-hari biasa. Jadi, kalau untuk dua hari sarasehan baik kemarin maupun hari ini, itu cukup lumayan dan adanya kegiatan KMAN sekarang ini, laris manis," ujar Anache Ibo, salah seorang pedagang souvenir di kawasan Dermaga Jeku, Kampung Ifar Besar, Distrik Sentani, Kabupaten Jayapura, Rabu, 26 Oktober 2022 malam.
Hari yang paling menyenangkan baginya adalah kemarin, Selasa, 25 Oktober 2022 yang merupakan hari pertama Sarasehan (Yo Riya), karena saat itu peserta sarasehan yang merupakan kontingen AMAN dari berbagai komunitas masyarakat adat Nusantara yang sedang menunggu speedboat ke Kampung Hobong, jumlahnya sekitar 185 orang peserta sarasehan.
Sebelum diangkut, banyak peserta sarasehan yang mampir di lapak nya. Salah satu dagangannya yang paling laris adalah tas Noken.
"Kita juga merasa puas dengan adanya peserta yang ikut kongres ini, karena datang kesini atau tempat transitnya disini. Jadi, mereka membeli kita punya barang-barang (dagangan) disini. Sehingga kita merasa senang dengan ini, jadi apa yang kitong harapkan itu kitong dapatkan seperti yang kitong inginkan," akunya.
"Jadi, ini menjadi suatu kebanggaan buat kitong selaku tuan rumah untuk pelaksanaan KMAN ini dan membuat kitong senang," tambah Anache Ibo.
Peserta sarasehan (Yo Riya), katanya, ketika membeli salah satu souvenir, tidak hanya untuk mereka saja, namun banyak yang membeli lebij dari satu macam souvenir untuk dibawa sebagai oleh-oleh.
"Kalau untuk dua hari ini lumayan meningkat pemasukan kami, yang beda dengan hari-hari biasa. Karena untuk dua hari ini sangat lumayan, seperti kemarin (hari pertama sarasehan) itu sangat meningkat penjualan souvenir kami, walaupun di hari kedua ini ini agak kurang pembelinya. Hari pertama sarasehan kemarin itu yang agak meningkat, karena kita bisa dapat sekitar 600 ribu sampai 700 ribu. Sementara di hari kedua ini baru dapat kurang lebih 300 ribu. Sedangkan untuk hari-hari lain itu sangat beda lagi, karena sekarang ini banyak pembeli," katanya.
"Di sini kan harganya masih terjangkau (murah) lah, untuk topi Sula yang terbuat dari bulu Kasuari itu berbagai macam harganya sesuai motif dan ukuran, ada 50 ribu, 60 ribu, terus ada 100 ribu sama 200 ribu. Kalau tas-tas Noken itu ada yang harga 200 ribu, 100 ribu, 80 ribu sama 50 ribu. Tapi, kalau untuk tusuk konde itu harganya 50 ribu, dan anting-anting ada yang harga 35 ribu sama 25 ribu," tambahnya.
Di sekitar dia jualan terdapat sejumlah lapak pedagang lagi. Ia mengatakan masing-masing lapak juga ramai pembeli ketika dari peserta sarasehan KMAN VI yang sedang menunggu speedboat untuk menuju ke Kampung Hobong guna mengikuti sarasehan selama dua hari.
Artikel Terkait
Komunitas Amabong Raya Desak Implementasi Permendagri Nomor 52 Tahun 2014 tentang Pengakuan Atas Hak-Hak Adat
Sarasehan KMAN VI di Kampung Homfolo, Peran Masyarakat Adat Dalam Program Energi Terbarukan
Ondoafi Kampung Yakonde, Nikolas Keray Daimoi Resmi Buka Giat Serasehan bersama Masyarakat Adat Nusantara
Catatan KMAN VI 2022 : Masyarakat Adat Banyuwangi Tidak Menghendaki Adanya Tambang Emas
KMAN VI 2022 Harus Melahirkan Universitas Adat Nusantara, Bangun SDM Untuk Dukung SDA Masyarakat Adat
Catatan KMAN VI 2022 : 105 Hutan Adat Seluruh Indonesia Telah di Akui Oleh Negara
Fi Helay, Kuliner Tradisional Masyarakat Adat Sentani, jadi Menu Utama di Sarasehan kampung Dondai
'Yo Riya' Hari Kedua di Kampung Hobong, Direktur Sekolah Adat Origenes Monim Jadi Pembicara
Pembangunan Desa/Kampung Berbasis Wilayah Adat Perlu Melibatkan Masyarakat
Ondofolo Kampung Homfolo : Tuhan Dinomor Satukan Maka Adat Harus Dinomor Duakan