JAYAPURA (LINTAS PAPUA) - Fasilitator Tular Nalar Provinsi Papua Siap Gelar Sekolalah Kebangsaan. Sasaran peserta Sekolah Kebangsaan mencakup remaja first time voters atau berusia 17-22 tahun di tahun 2024. Rekomendasi berarti bahwa program Tular Nalar sangat membuka kesempatan kota-kota lain di Indonesia untuk berpartisipasi, sepanjang memiliki dukungan berupa SDM pelaksana.
Berdasarkan sensus Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2020, dari 270,20 juta jiwa, 11,56% merupakan kelompok Baby Boomer (55-70 tahun). Laporan dari Internet World Stats tahun 2022 mendapatkan jumlah pengguna internet Indonesia sudah mencapai lebih dari 76,5% dari total populasi. Survei Katadata Insight Center (KIC) menemukan bahwa Gen Z (13-22 tahun) memiliki tingkat literasi digital tinggi. Sayangnya hanya 28% Baby Boomers yang memiliki indeks literasi digital tinggi.
Sebagai digital immigrant, lansia lahir dalam situasi di mana media digital belum ada. Kemudian, mereka harus ramai-ramai pindah ke dunia yang sepenuhnya digital. Kebiasaan maupun budayanya, jelas sangat berbeda. Perhatian terhadap permasalahan warga lansia dalam penggunaan media digital sangat rendah. Program peningkatan kapasitas literasi digital sebagian besar tercurah pada kaum muda, kalangan profesional, atau kelompok produktif lainnya. Warga lansia kerap menjadi target terakhir dalam gerakan literasi digital, baik di level lokal maupun nasional.
Dalam keadaan dilematis seperti ini, warga lansia akhirnya kerap menjadi sasaran penyalahgunaan perangkat digital. Hambatan interpersonal, struktural dan fungsional menjadikan warga lansia rentan terhadap ekses negatif dunia digital. Mereka gagal melindungi perangkat, data pribadi, dan privasi karena memang tidak memiliki kemampuan dan tidak ada pendampingan atau menjangkau mereka untuk meningkatkan kapasitasnya. Ancaman penipuan, hoaks, dan hasutan kebencian juga ada di hadapan mereka. Sehingga kita membutuhkan program pemberdayaan lansia di dunia digital yang lebih komprehensif dan berkelanjutan.
Sejatinya lansia di Indonesia adalah individu yang dihormati dan disayangi. Rasa hormat yang besar dalam budaya Indonesia menjadikan lansia tokoh sentral dalam keluarga dan masyarakat. Support system dalam keluarga dari anak, cucu, dan caregiver pun bisa saling menguatkan peran mereka. Namun peran lansia dalam dunia digital sering tidak dihiraukan. Padahal para lansia dapat diberdayakan secara digital. Pemberdayaan lansia ini dapat meliputi penguatan pemahaman terhadap lanskap media sosial, keamanan dan privasi, lokapasar digital (e-commerce), dan digital entertainment.

Sementara itu berdasarkan data Kemendagri, jumlah penduduk Indonesia 273,88 juta jiwa per 31 Desember 2021. Jumlah penduduk berusia 15-19 tahun sebanyak 21,56 dan yang berusia 20-24 tahun ada 22,98 juta jiwa. Secara umum pada rentang usia Gen Z (13-24 tahun) lebih dari 44 juta jiwa (16,3%). Menurut Statista (2022) lebih dari 45% internet users berasal dari usia Gen Z dari total populasi.
Survei yang dilakukan Katadata Insight Center (KIC) dan Kominfo tahun 2021 di 34 provinsi, menemukan 60% Gen Z (13-24 tahun) memiliki tingkat literasi digital cukup tinggi. Sayangnya banyak yang belum memiliki kesadaran pentingnya berdemokrasi dan menjadi netizen yang bijak.
Survei Microsoft melalui Digital Civility Index (DCI), terkait Safety and Interaction Online tahun 2021, Indonesia menduduki rangking 29 dari 32 negara dengan nilai DCI 76. Rangking ini menunjukan tingkat keberadaban (civility) netizen Indonesia sangat rendah, di bawah Singapura dan Taiwan. Dengan kata lain, para user internet Gen Z (45%) merupakan users dengan konsep civility yang rendah. Konsep euforia dan dunia tanpa batas di internet tak jarang menjebak Gen Z dalam aktivitas kebablasan dan tidak demokratik. Seyogyanya Gen Z memiliki prinsip dan nilai digital citizenship yang mumpuni karena sebagai ujung tombak nilai-nilai negara di dunia digital, juga memahami konsep demokrasi yang baik.
Berkaitan dengan digital citizenship, maka fakta ini merupakan tantangan bagi Gen Z, terlebih tidak lama lagi akan berhadapan dengan Pemilu 2024. Sebagian besar dari generasi ini merupakan first time voters.
Salah satu persoalan menjelang Pemilu adalah adanya polarisasi politik yang dalam dunia digital kian kentara maka sebaiknya perlu disikapi dengan menjadi netizen yang tanggap dan tangguh. Sebagai first time voters, Gen Z juga harus dipersiapkan dan dipaparkan sedini mungkin dengan konsep democratic and political resilient dan digital citizenship. Dengan demikian diharapkan pada tahun 2024 para pemilih pemula dapat dengan sadar dan bertanggung jawab mendukung iklim demokrasi dan politik yang kondusif. Mereka juga dapat mempraktikkan demokrasi dan digital citizenship via konten digital di media sosial yang mereka miliki.

Mengingat beberapa alasan tersebut untuk meluaskan dan menularkan literasi digital baik bagi warga lansia maupun anak muda, maka Tular Nalar berfokus untuk pemberdayaan lansia dan anak muda dalam program Akademi Digital Lansia (ADL) dan Sekolah Kebangsaan (SK).
Artikel Terkait
Jalan Kemiri - Depapre Tetap Dikerjakan, Tidak Ada Yang Menolak
BMKG Ingatkan Pemerintah Daerah Siap-Siaga Hadapi Karhutla
Diskominfo Tatap Muka Bersama Ombudsman Papua