
-
JAYAPURA (LINTAS PAPUA) - Persekutuan Anak Remaja (PAR) Jemaat Gereja Kristen Injili (GKI) Kalvaria Angkasa melakukan Seminar Iman dan Teknologi Social Media, Sahabat atau Musuh berlangsung selama dua hari di Gedung Serba Guna Dinas Pekerjaan Umum (PU), Provinsi Papua, Jumat dan Sabtu (7 – 8 /7/2017).
Dalam seminar tersebut mendatangkan dua pembicara dari Jakarta yakni Pdt. Martin Elvis D.Min dan Dra. Daesy Sanger, MA. Pdt Martin Elvis D.Min menekankan kepada anak-anak bahwa game yang berkaitan dengan konten seksual dan kekerasan yang menentang firman Tuhan harus di jauhkan oleh anak-anak. Supaya bisa menjadi anak Tuhan yang pintar, bisa melihat mana itu yang baik dan mana jahat, yang harus di jauhi oleh anak-anak.

-
Ketua Panitia seminar GKI Kalvaria Angkasa, Lasmaria Sihombing mengatakan. Hari pertama seminar ini di ikuti oleh siswa-siswi SMP dan SMA, untuk hari kedua orang tua dan guru, atau para pendidik.
“Seminar ini di adakan sebagai bentuk keprihatinan, teman-teman remaja GKI Kalvaria, atas pengaruhnya atau dampak buruk, yang di timbulkan oleh media sosial seperti fecebook, twitter, instagram, yang membuat waktu mereka lebih banyak untuk bermain gadget. Dari pada belajar atau sosialisasi secara normal seperti remaja-remaja dahulu kalah,” ujar Lasmaria Jumat (7/7/2017).
Karena bentuk keprihatinan itu, kita juga harus akui bahwa pornografi menjadi semacam suatu wabah. Kalau kita bilang sebenarnya ibarat seperti gunung es, di luar kelihatannya sedikit tetapi di bawahnya itu dasyat sekali melanda anak-anak remaja yang seringkali sebgai orang tua tidak sadari hal itu.

-
Berdasarkan kecemasan itu, membuat kami berinisiatif, membuat seminar selama dua hari, supaya anak-anak remaja itu di bekali pengetahuan yang benar. Baik secara firman Tuhan, maupun secara pengetahuan, bagaimana sebenarnya menggunakan media sosial mereka dengan baik, tapi bagaimana Tuhan mengingatkan mereka, bahwa Tuhan adalah Tuhan dan gadget itu tidak bisa menggantikan posisi Tuhan dalam hidup mereka, ketika mereka menggantikan gadget menjadu Tuhan dalam hidup mereka. Sebenarnya mereka sudah lama hilang dan hancur.
“Nah tetapi apalah artinya, anak-anak jikalau mereka tidak mendapatkan pendampingan dari orang tua. Banyak orang tua tidak tahu bahwa anak-anaknya sudah lama terjerat pornografi. Tetapi anak-anak tidak tau bagaimana membicarakan hal ini kepada orang tua. Karena kalau mau di lihat orang tua sendiri tidaK peduli atau tidak mengerti, bahwa anak mereka sudah terjebak masuk ke dalam situs-situs porno, yang orang tua sendiri tidak tau yang sebenarnya,” ungkapnya.
Lanjutnya kemudian banyak di antara anak-anak iini berpacaran di FecEbook, ternyata di pikir itu sesama usia. Ketika mereka bertemu adalah orang dewasa, masuk dalam percabulan, free seks dan sebagainya. Karena itu kami membuat dua hari seminar, agar orang tua itu peduli sama anak-anak.
Ia juga berpesan agar jangan hanya mampu membelikan hanDpone dengan pulsa kuota, tapi mereka tidak mau bertanggung jawab, terhadap dampak yang di timbulkan dari kuota tersebut. Anak mereka sudah lebih cepat dewasa dari usia mereka. Jaman kita dulu apa sih yang kita tau mengenai seks di usia SMP. Tetapi anak-anak SD dan SMP pemahaman seksualitasnya sudah seperti anak umur 25 sampai 30 tahun. Dan kemudian orang tua masih malu membicarakan hal-hal yang berbau seks sementara anak-anak sudah mencari dan menontonnya di Video atau situs-situs porno.

-
Semua itu menjadi keprihatinan kami, sehingga kami berharap agar orang tua, gereja, dan para pendidik, mulai bersama-sama bergandengan tangan menyelamatkan anak-anak remaja. Karena kita tahu bahwa sebenarnya pornografi lebih berbahaya dari pada Narkoba. Kalau Narkoba hanya membunuh diri sendiri tapi kalau pornografi akan mengakibatkan remaja pria dan remaja wanita berhubungan kemudian hamil. Maka ada satu jiwa yang terlantar dan ada tiga jiwa yang rusak anak remaja yang tidak siap menjadi seorag ayah, serta remaja wanita yang tidak siap menjadi Ibu dan anak yang tidak pernah di minta untuk di lahirkan dalam kondisi siap kedua orang tuanya dan itu akan merusak gereja dan merusak masa depan bangsa.
“Karena itu kami mengundang dua pembicara untuk datang dari Jakarta, satu psikolog dan satunya hamba Tuhan yang mengerti tentang dunia multi media, supaya mereka memperlengkapi anak-anak dengan ilmu pengetahuan yang sehat dengan Firman Tuhan yang kuat, itu yang menjadi harapan kami,” ucapnya. (Geis Muguri / Koran Harian Pagi Papua)