“Meskipun saya dapat berbicara dengan berbagai bahasa manusia, bahkan dengan bahasa malaikat sekalipun, tetapi saya tidak mengasihi orang lain, maka ucapan-ucapan saya itu hanya bunyi yang nyaring tanpa arti.”1 Korintus 13:1 (BIS)
Pernahkah Anda menyadari bahwa sebagian besar tindakan yang dilakukan orang adalah tindakah nirkasih (awalan nir- di sini menyatakan tidak/bukan)? Mereka bisa saja mengatakan mereka menyukai sesuatu, mencintai sesuatu, tapi, kenyataannya, mereka memperlakukan yang mereka sukai dan cintai itu secara semena-mena.

-

-

-
Contoh terdekat adalah orang yang suka memelihara anjing atau kucing tapi memperlakukan hewan peliharaan mereka dengan kejam. Ada yang abai terhadap peliharaan mereka, ada yang mengikat hewan peliharaan mereka di dalam rumah lalu pergi ke luar kota beberapa hari, ada yang menyuruh hewan peliharaannya buang air di rumah tetangganya, dan lain-lain.
Di lingkungan saya dulu bahkan ada yang sengaja mengikat anjingnya di palang masuk perumahan. Anjingnya dijemur tengah hari bolong, dibiarkan haus dan kelaparan. Dengan begitu, diharapkan si anjing akan menjadi galak dan siap menyerang maling yang datang. Tentu saja, bagi orang-orang seperti ini, sudah sewajarnya anjing disuruh jadi satpam. Toh, anjing hanya binatang.
Dalam bukunya, The Road Less Travelled, M. Scott Peck juga mengatakan bahwa terjadi miskonsepsi cinta di pikiran manusia. Jatuh cinta dinilai sebagai trik dari gen kita untuk menipu pikiran, menjebak manusia dalam pernikahan dengan demikian maka manusia akan menyambung keturunan. Dengan adanya miskonsepsi ini, maka tak jarang kalau manusia sudah menikah, maka merasa tujuannya tercapai. Istri/suami sudah menyelesaikan fungsinya hingga akhirnya mereka pun merasa bosan.
Ada yang mencari selingkuhan di luar, ada yang memperlakukan pasangan sebagai samsak tinju, dan lain-lain. Dengan anak apalagi. Posisi anak yang lemah membuat orang tua bisa melakukan apapun yang mereka mau.
Padahal, kita sudah tahu bahwa kasih menurut Tuhan tidak seperti itu. Dalam 1 Korintus 13 dikatakan: Kasih itu sabar:4-7; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain.
Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi ia bersukacita karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Dari sini, kita dapat melihat bahwa kasih di dalam Tuhan sangatlah luas, tidak dangkal seperti sekadar suka atau jatuh cinta karena dorongan menyambung keturunan. Anda mengerti? (PF)
Questions:
1. Apakah itu nirkasih?
2. Bagaimana cara agar kita melakukan sesuatu benar-benar karena kasih?
Values:
Pada akhirnya, yang tersisa hanyalah iman, pengharapan, dan kasih. Di antara itu, yang terbesar adalah kasih.
Ketulusan cinta dan kasih sayang hanya bisa dirasakan dengan hati.
“Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. Jadi kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu didamaikan dengan Allah.”
__ 2 Korintus 5:19-20
Harga telah dibayar. Kita telah diselamatkan, bukan karena apa pun yang kita lakukan, tetapi oleh karena pengorbanan-Nya sendiri untuk dosa-dosa kita.
Jika Tuhan telah berkorban untuk mendamaikan kita dengan diri-Nya dan mengadopsi kita ke dalam keluargaNya, bagaimana kita bisa menolak Nya? Mari di tahun yang baru ini kita menyerahkan hati kita sepenuhnya kepadaNya yang telah menebus kita, dan hidup melakukan kehendakNya. (Disadur Dari Sharing WhatsApp Hamba Tuhan)